Sabtu, 16 April 2011

Perjuangan Sang Lonte

          Rintik hujan pun membasahi tubuh sintalnya, meski saat itu sang malam sedang tidak bersahabat dengannya, akan tetapi hal tersebut tak menghalangi niatnya untuk mengais rezeki, meski dia tahu bahwa rezeki yang didapatnya adalah haram. Dan di simpang jalan mulailah Suti (begitu dia biasa dipanggil), menjajakan dirinya bak barang dagangan. Namun naas baginya, malam ini tak seperti malam lainnya, dikarenakan hujan yang terus mengguyur kota Jakarta, mulai dari munculnya embun pagi, hingga tibanya sang dewi malam ,  fenomena alam ini berakibat fatal terhadap pemasukan yang akan dia terima. 

          Namun selang beberapa jam Suti menunggu, terlihat sesosok bayang dari arah kejauhan. Suti pun kegirangan, dalam otaknya sudah terbayang akan seorang pelanggan yang akan memberikan pemasukan, tak apalah walau hanya seorang, gumamnya dalam hati. Akhirnya bertatap mukalah Suti dengan sang pelanggan. Dan tanpa diduga ternyata sang pelanggan adalah anak sulungnya yang teramat dirindukannya, anak yang telah berpisah dengannya setelah sekian lama akibat perceraian yang tak dikehendakinya, dan si sulung pun terkaget-kaget melihat profesi Ibu yang amat dicintainya,  yaitu sebagai seorang lonte .Begitu pula dengan Suti, di dalam hatinya telah bercampur berbagai macam perasan, dia malu dengan profesinya, dia rindu dengan wajah anaknya, dan dia merasa bersalah melihat anaknya yang telah terjerumus ke lembah hitam. Rasa malu, kaget dan haru terlihat dari kedua wajah yang baru saja bertemu itu. Kemudian Suti yang malu pun akhirnya berlari meninggalkan anaknya yang terus terpaku memandang gelapnya malam sambil memanggi-manggil sang Ibu.

black pen.