Senin, 24 September 2012

Awal Dari Semua


“come up to meet you, tell you I’m sorry. You don’t know how lovely you are”. Begitulah penggalan lirik lagu the scientist. Ya gue lagi dengerin lagu ini sekarang dan emang paling enak kalo dengerin ini lagu, apa lagi dalam keadaan ngantuk, alhasil ngantuk pun jadi tambah ngantuk. Dari pada ngomongin lagu, mending sekarang ngomongin tentang kehidupan gue yang biasa-biasa aja. Perkenalkan, nama gue Rizal. Gue adalah mahasiswa di salah satu universitas negeri yang ada di Jakarta (ga tau ah Jakarta apa Tanggerang, tapi ditulisnya sih Jakarta). Gue mahasiswa yang biasa aja, yang pinternya biasa aja, terus tampangnya juga sama biasanya. Tapi gue heran, walaupun tampang gue biasa aja dan kaga pinter-pinter amat, ternyata masih banyak sekumpulan betina yang tertarik dengan gue (betina di sini bukan kucing !).
Oh god ! ternyata gue sadar, bahwa selama ini gue berparas tampan (thank’s god). Dan akhirnya gue memutuskan untuk memanfaatkan segala ketampanan wajah yang telah diberikan oleh tuhan untuk menaklukan wanita (berasa ganteng). Gue sadar kalau perbuatan gue ini sangat negatif untuk tumbuh kembang anak, eh untuk perasaan wanita, tapi apa boleh buat. Nasi udah jadi nasi goreng, nasinya udah berwarna kecoklatan dan baunya udah menggoda selera, yang beda dengan nasi putih yang ga ada rasanya (lah ini kenapa jadi nasi diomongin?). Kembali ke benang merah, semua berawal ketika gue SMP, seperti yang kita ketahui SMP adalah awal pubertas dari remaja. Di masa ini tahap remaja untuk coba-coba, mulai dari coba-coba ngerokok, coba-coba bandel dan terakhir coba-coba pacaran. Jujur gue waktu SMP ga ngerokok dan ga bandel-bandel amat,  tapi kalo soal pacaran?.
Nah ini dia awal dari kisah sang arjuna mencari cinta laura (sorry, lauranya jangan dibaca). Sebenarnya sih gue ga pernah tuh ngerasain yang namanya SMP, hal ini dikarenakan gue yang memutuskan untuk tinggal di Pesantren dan tanpa paksaan loh (mana tepuk tangannya?). Berawal dari kelas 7, atau biasa disebut dengan kelas 1 MTs. Tapi ngomong-ngomong pada tau ga nih MTs itu apa? (kasih tau ga yaah :p). Kawan-kawan ku sekalian, MTs itu adalah singkatan dari Madrasah Tsanawiyah, MTs ini setara dengan SMP akan tetapi muatan agama dalam MTs lebih banyak dibandingkan dengan SMP (Formal banget yah bahasanya? ).
Ok gue mulai ceritanya. Semua berawal dari seorang bocah lugu, imut, polos, ganteng dan baik hati (no comment) yang bernama Rizal. Waktu itu gue yang belom ngerti tentang problematika  kehidupan akhirnya menemukan sang “first love”. Dimulai ketika gue diminta untuk bantuin temen  gue, sebut aja namanya “Bram”. Mitosnya  nih dia lagi demen sama salah seorang cewek yang konon menurut legenda itu cewek cantik dan sakti mandraguna. Gue yang emang orangnya baik hati dan suka menolong memutuskan untuk bantuin Bram buat naklukin itu cewek (kalah panji manusia millenium, eh panji sang penakluk).
Rencana pertama gue waktu itu sih ga muluk-muluk, intinya sih cuma pengen ketemuin Bram  dan idamannya. Pertama gue buat surat yang berisi kata-kata indah yang namun sayangnya tulisan gue ga seindah kata-kata gue..
Isi suratnya kurang lebih kaya gini nih :
Assalamu ‘alaikum ya ukhti..
Pertama kali ana melihat wajah ukhti, seketika ana merasa waktu terhenti..
Kedua kalinya ana melihat senyuman ukhti, hati ana bergetar hebat..
Semua itu terjadi secara alami, dan ana ga tau kenapa..
Dan dengan datangnya surat ini ana mengaharapkan bisa berbicara langsung dengan ukhti..
Ana harap kita bisa ketemu besok, dan berbicara empat mata di taman dekat puskemas.
See you..
Wassalam J
Ya kira-kira begitulah isi suratnya, rada-rada lebay gitu lah, maklum namanya juga seorang anak yang baru pertama kali suka sama lawan jenis. Dan akhirnya surat pun terkirim dengan sukses tanpa halangan yang berarti.
            Next day, hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Waktu itu gue nemenin Bram buat ketemuan sama target, rencananya kami ketemuan dengan target di Puskesmas santri, soalnya cuma di sana santriwan dan santriwati bisa saling berinteraksi dan di sana ada tamannya juga loh, biasanya banyak santriwan dan santriwati  yang janjian di sana, izinnya sih buat berobat, berobat “hati” tapinya . Akhirnya kami sampai di TKP, dan dengan sabar nunggu sang target datang. Finally, target datang beserta seorang temannya, setelah ditilik lebih jauh lagi, ternyata target bernama Laras.
Awalnya sih gue biasa aja ngeliatnya, tapi lama-kelamaan kok cakep juga yeh itu cewek, orangnya itu loh kecil, putih, imut banged (pake d) pokoknya.
“Ini Laras yah?” tanya dayat canggung
“iya, ini Bram kan?” tanya laras lagi ke Bram dengan senyumannya
Lalu perbincangan mereka berlanjut, namun tanpa disadari dayat, gue dan laras saling pandang-pandangan. Di sana gue ngerasain suatu perasaan yang aneh, gue ngerasain detak jantung gue berdetak ga konsisten, mata ague selalu fokus ke Laras, dan gue ga suka aja ngeliat Bram terus ngobrol sama Laras. Akhirnya datanglah momen yang ditunggu-tunggu, ketika gue fokus ngeliatin laras dan…. Ga sengaja Laras juga ngeliat ke arah gue, mata kita bertemu, dunia seakan berhenti berputar, waktu terasa lambat, dan gue nikmatin momen tersebut, it should be love, yeah she’s should be my first love. Gue yakin dia juga ngerasain apa yang gue rasain, soalnya ga cuma sekali mata kami saling bertemu, frekuensinya kira-kira semenit sekali lah.
Tanpa terasa waktu pun menunjukan jam 5 sore, dan kami akhirnya memutuskan untuk meninggalkan puskesmas karena harus siap-siap untuk sholat maghrib di masjid. Di sepanjang jalan Bram terus bertanya ke gue tentang si Laras, dan gue jawab seadanya karena waktu itu gue ga bisa berhenti mikirin laras, mikirin matanya, hidungnya, mulutnya, bajunya, sepatunya bahkan wanginya masih terngiang sepanjang perjalanan gue. Dan gue sadar, ini lah yang dinamakan dengan cinta, dan jika ini cuma mimpi, jangan pernah bangunin gue dari mimpi indah ini.