Jumat, 22 Mei 2015

Sekadar Informasi.



Hai, selamat siang. Udah lama juga yah nggak nge-blog, terakhir kali nge-blog waktu Hitler belum numbuh kumis. Anyway, gimana kabar? Gue yakin sih kebaikan dan keselamatan insya Allah udah di kalian semua nih. Sebenernya sih baru mau nulis blog lagi nanti, seusai  skripsi, tapi skripsinya belum rapi-rapi dan hasrat buat nulis udeh mulai berapi-api (padahal skripsi nulis juga kan yak he he he). Yowes lah akhirnya dengan semangat-45 gue memutuskan untuk nge-blog lagi, ya kebetulan ada tema asyik yang mau gue angkat. Temanya simpel sih tapi asyik buat didiskusikan. Kalian tau yang namanya informasi kan? Kalau belum kenalan gih, orangnya baik kok.
Jadi gini, sebagaimana kodrat manusia yang kepo, ingin tahu akan segala macam hal, baik yang penting sampai yang nggak penting-penting banget, informasi adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan sosial, tapi dengan catatan sejauh mana kebenaran informasi tersebut.  Akhir-akhir kita sering menjumpai orang-orang yang nge-share informasi di media sosial, entah itu facebook, twitter, path, broadcast message dan lain sebagainya. Dari situ gue sering  bertanya-tanya, shahih nggak tuh informasi yang mereka share? Gue yakin kebanyakan dari mereka yang menyebarkan informasi cuma sekedar baca, dan manggut-manggut tanpa  menelaah lagi dari mana sumbernya, shahih atau nggak, terdapat kepentingan golongan tertentu atau nggak. Kan bahaya tuh, yang sumbernya jelas aja nggak boleh sembarang di-share, apalagi yang subhat?  Sebenernya perkara kaya gini sih udah ada dari zaman dulu, jauh sebelum media sosial berkembang, bahkan jauh sebelum peradaban manusia. Tepatnya ketika manusia pertama muncul.
Nabi Adam as, beliaulah manusia pertama yang terkena dari dampak disinformasi. Ya ketika beliau mengingkari sumber yang valid, yaitu Allah swt. Seperti yang kita ketahui bahwa Allah swt memerintahkan Nabi Adam as untuk menghindari buah Khuldi. Pada awalnya Nabi Adam patuh dan mendengarkan apa yang diperintahkan oleh Allah swt. Namun kemudian datanglah informasi lainnya, yang datangnya dari Syaiton, dan kita tahu pada akhirnya. Nabi Adam mengingkari sumber yang valid dan menuruti sumber lainnya yang jelas-jelas membawanya kepada kesalahan manusia pertama.
Selain sumber yang valid, sebenernya kita juga harus tau konten atau bobot dari suatu informasi. Misalkan ada informasi yang sumbernya valid dan terpercaya tapi kontennya nggak bermanfaat, atau memicu perpecahan. Ya kalau gue sih mending nggak usah di-share itu informasi. Bahkan informasi yang sumbernya jelas dan kontennya bermanfaat pun nggak bisa disebarluaskan begitu aja, kita juga harus tau siapa aja yang berhak buat nerima itu informasi. Contoh lagi nih, ada info seputar hubungan suami-istri, sumbernya valid tapi kan nggak bisa di-share begitu aja ke banyak orang, mesti dipilah dan dipilih lagi siapa yang berhak menerima informasi tersebut.
Ya jadi pada intinya sih kita harus bisa memilah dan memilih segala macam  informasi yang kita terima, dan kita share ke orang banyak. Jangan sampai dipermainkan oleh informasi yang berisi kepentingan-kepentingan golongan tertentu. Harus lebih bijak dan lebih teliti lagi. Eh  panjang juga yak tulisan gue he he he. Mudah-mudahan tulisan gue bisa dibaca dan bermanfaat bagi kalian, kalau misalkan ada kesalahan dalam penulisan atau kurang setuju dengan apa yang gue tulis boleh lah ditegur, kita diskusi baik-baik, lagian gue yakin kok nggak semua yang baca tulisan ini setuju dengan apa yang gue tulis. Gue justru senang kalau ada yang beda pemikiran, karena menurut gue perbedaan itu wajar, dan baik malah. Hmm kayanya kepanjangan yak? Hehe Udah ini aja ah yang bisa gue tulis, mau lanjut nulis yang lain (read: skripsi). Ciao!