Hai,
selamat siang. Udah lama juga yah nggak nge-blog, terakhir kali nge-blog waktu
Hitler belum numbuh kumis. Anyway, gimana kabar? Gue yakin sih kebaikan dan
keselamatan insya Allah udah di kalian semua nih. Sebenernya sih baru mau nulis
blog lagi nanti, seusai skripsi, tapi
skripsinya belum rapi-rapi dan hasrat buat nulis udeh mulai berapi-api (padahal
skripsi nulis juga kan yak he he he). Yowes lah akhirnya dengan semangat-45 gue
memutuskan untuk nge-blog lagi, ya kebetulan ada tema asyik yang mau gue
angkat. Temanya simpel sih tapi asyik buat didiskusikan. Kalian tau yang
namanya informasi kan? Kalau belum kenalan gih, orangnya baik kok.
Jadi
gini, sebagaimana kodrat manusia yang kepo, ingin tahu akan segala macam hal, baik
yang penting sampai yang nggak penting-penting banget, informasi adalah salah
satu aspek penting dalam kehidupan sosial, tapi dengan catatan sejauh mana
kebenaran informasi tersebut. Akhir-akhir
kita sering menjumpai orang-orang yang nge-share informasi di media sosial, entah
itu facebook, twitter, path, broadcast message dan lain sebagainya. Dari situ
gue sering bertanya-tanya, shahih nggak
tuh informasi yang mereka share? Gue yakin kebanyakan dari mereka yang
menyebarkan informasi cuma sekedar baca, dan manggut-manggut tanpa menelaah lagi dari mana sumbernya, shahih
atau nggak, terdapat kepentingan golongan tertentu atau nggak. Kan bahaya tuh, yang
sumbernya jelas aja nggak boleh sembarang di-share, apalagi yang subhat? Sebenernya perkara kaya gini sih udah ada dari
zaman dulu, jauh sebelum media sosial berkembang, bahkan jauh sebelum peradaban
manusia. Tepatnya ketika manusia pertama muncul.
Nabi
Adam as, beliaulah manusia pertama yang terkena dari dampak disinformasi. Ya
ketika beliau mengingkari sumber yang valid, yaitu Allah swt. Seperti yang kita
ketahui bahwa Allah swt memerintahkan Nabi Adam as untuk menghindari buah
Khuldi. Pada awalnya Nabi Adam patuh dan mendengarkan apa yang diperintahkan
oleh Allah swt. Namun kemudian datanglah informasi lainnya, yang datangnya dari
Syaiton, dan kita tahu pada akhirnya. Nabi Adam mengingkari sumber yang valid
dan menuruti sumber lainnya yang jelas-jelas membawanya kepada kesalahan
manusia pertama.
Selain
sumber yang valid, sebenernya kita juga harus tau konten atau bobot dari suatu
informasi. Misalkan ada informasi yang sumbernya valid dan terpercaya tapi
kontennya nggak bermanfaat, atau memicu perpecahan. Ya kalau gue sih mending
nggak usah di-share itu informasi. Bahkan informasi yang sumbernya jelas dan
kontennya bermanfaat pun nggak bisa disebarluaskan begitu aja, kita juga harus
tau siapa aja yang berhak buat nerima itu informasi. Contoh lagi nih, ada info
seputar hubungan suami-istri, sumbernya valid tapi kan nggak bisa di-share
begitu aja ke banyak orang, mesti dipilah dan dipilih lagi siapa yang berhak
menerima informasi tersebut.
Ya
jadi pada intinya sih kita harus bisa memilah dan memilih segala macam informasi yang kita terima, dan kita share ke
orang banyak. Jangan sampai dipermainkan oleh informasi yang berisi
kepentingan-kepentingan golongan tertentu. Harus lebih bijak dan lebih teliti
lagi. Eh panjang juga yak tulisan gue he
he he. Mudah-mudahan tulisan gue bisa dibaca dan bermanfaat bagi kalian, kalau
misalkan ada kesalahan dalam penulisan atau kurang setuju dengan apa yang gue
tulis boleh lah ditegur, kita diskusi baik-baik, lagian gue yakin kok nggak
semua yang baca tulisan ini setuju dengan apa yang gue tulis. Gue justru senang
kalau ada yang beda pemikiran, karena menurut gue perbedaan itu wajar, dan baik
malah. Hmm kayanya kepanjangan yak? Hehe Udah ini aja ah yang bisa gue tulis,
mau lanjut nulis yang lain (read: skripsi). Ciao!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar