Senin, 25 Juli 2016

M(impi)an

Berbicara tentang impian, semua orang pasti punya. Mulai dari ngebahagiain orang tua, punya rumah sendiri, keliling dunia dan lain sebagainya. Kalau misalkan ditanya gue punya impian apa nggak, ya jelas, gue punya. Nggak cuma satu malah, ada beberapa sih. Diantaranya ya mau nerusin S2 di luar Indonesia, kalau nggak Kanada ya Aussie, dan tentunya gue ambil jurusan tentang Pendidikan. Intinya sih nggak mau jauh-jauh lah dari tema pendidikan, soalnya menurut gue pendidikan merupakan pondasi dari Negara. Dan salah satu cita-cita gue ya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, bukan hanya di perkotaan yang segala fasilitasnya udah semabrek-ambrek tapi juga pelosok yang kadang nggak terjamah.
Ya kalau nggak kesampean ya ada Plan B. Lanjutin kuliahnya buka di luar, tapi di dalem Negeri. Lagi pula nggak beda jauh lah, yang penting kan ikhtiar menuntut ilmunya. Dan juga, kuliah di dalam Negeri punya beberapa kelebihan dibanding kuliah di luar (Aussie & Kanada). Diantaranya; bisa kuliah sambil ngaji, pagi kuliah, malemnya ngaji. Cakep nggak? Atas-bawah dapet. Bukan berarti di luar nggak bisa ngaji, tapi seenggaknya kalau kuliah di dalam Negeri nggak perlu repot-repot cari guru yang sesuai hati, ngamprah tinggal pilih, mau belajar ilmu apa.

Kalau yang ini nggak kesampean juga ya ada Plan lainnya. Usaha! Harus punya usaha yang menghasilkan, jual apa kek gitu. Biar nggak terlalu ngandelin orang, syukur-syukur bisa punya karyawan sendiri. Nah, kalau udah punya usaha mau coba apply jadi guru. Mau maksimalin gelar S1 yang udah ngos-ngosan didapetin. Jadi kan kalau misalkan nanti ngajar, nggak terlalu ngandelin gaji, gitu. Itu sih beberapa impian gue kedepan, nggak usah muluk-muluk mesti jadi orang kaya. Yang penting bisa bermanfaat buat sekitar, syukur-syukur se-Indonesia. Ya buat kalian-kalian yang baca tulisan ini, gue sih minta doanya aja, mudah-mudahan salah satu dari Plan gue diatas bisa terlaksana. Karena kan kita tau, usaha tanpa doa sombong, doa tanpa usaha ya sama aja bodong heu heu heu. 

Minggu, 03 Juli 2016

Tulisan Anak-anak

Selamat malam, akhirnya nge-blog lagi kan, pada kangen pasti. Tuhkan sampai lupa kapan terakhir kali ngurusin blog yang udah bedebu, kaya hati. Eh iya, gue mau nanya dong, kira-kira apa yang ada di pikiran kalian kalau misalkan denger kata “anak-anak”? Kalau menurut kaca mata gue (meskipun gue nggak pake kaca mata) anak-anak merupakan manifestasi dari hal positif, seperti bahagia, ceria, penuh cerita dan canda tawa. Kenapa positif? Hal itu karena gue yakin, mayoritas orang dewasa kalau dikasih kesempatan untuk balik ke dunia anak-anak pasti pada ngangguk, iya kan? Tapi pada kenyataannya, nggak semua anak-anak bisa ngerasain yang namanya bahagia dan lain sebagainya. Karena sebenarnya masih banyak anak-anak yang masih jauh dari kata bahagia. Bahkan ada anak yang sedari kecil dipaksa untuk merasakan kerasnya dunia kerja, padahal belum saatnya mereka berkenalan dengan dunia milik orang dewasa.
Kebanyakan dari kita menafikan keberadaan dan keadaan mereka. Coba deh, sesekali kita perhatikan anak-anak di sekeliling kita, nggak usah jauh-jauh ke pelosok pedalaman di Indonesia, cukup keluar dan lihat anak-anak yang berjejer di pinggiran Kota Jakarta. Apakah mereka bahagia? Apakah mereka layak mendapatkan segala yang mereka terima? Dan pertanyaan-pertanyaan baru pun akan banyak bermunculan. Siapa yang salah? Mereka yang terlahir miskin? Pemerintah yang tak perhatian? Atau karena kita tidak peduli dengan keberadaan mereka? Tuhkan, lagi-lagi muncul pertanyaan. Tapi, apakah dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut anak-anak tersebut bisa bahagia? Atau mungkin dengan tulisan gue yang ala kadarnya bisa menyelamatkan mereka begitu saja? Jika kalian bertanya kepada gue dengan pertanyaan yang sama, maka akan gue jawab dengan seribu kata tidak.

Akan tetapi dengan tulisan ini gue mengajak agar teman-teman peduli dengan anak-anak yang kurang bahagia. Jika kalian bertanya bagaimana caranya, ya ada banyak cara. Yang termudah adalah dengan senyuman, atau sesekali kalian bisa mengajak mereka bermain, dan lebih baik lagi ajarkan mereka apa arti kebahagiaan, karena dengan begitu mereka merasa diperhatikan, siapa coba yang nggak mau diperhatiin? Karena menurut gue, kebahagiaan buka melulu soal materi, melainkan dengan kebersamaan dan perhatian yang penuh kehangatan. So, kapan mau bergerak?