Jumat, 15 Agustus 2014

Perawan



Kamu masih perawan? Pertanyaan yang kebanyakan ditanyakan setiap lelaki kepada pasangannya. Kebanyakan lelaki memang menginginkannya. Egois bukan? Di budaya Timur keperawanan sangat dijunjung tinggi, ibarat mahkota yang tak boleh dilepas begitu saja. Tapi untuk mencari perawan di kota besar seperti Jakarta sangatlah sulit. Pergaulan merajalela, muda-mudi banyak yang bersenggama, baik dari Mahasiswa, SMA, SMP, bahkan SD sekalipun ada yang sudah melakukannya. Semuanya jelas melanggar norma. Budaya kita jelas kalah oleh budaya mereka di Barat sana, kebebasan dalam bergaul jelas itu dari sana, kebudayaan Timur yang menjunjung norma terkikis dengan mudahnya.
Tapi egois apabila lelaki menuntut keperawanan dari para wanita, lelaki dengan bebasnya menutut keperawanan. Lelaki dengan seenaknya melepaskan keperjakaan mereka di mana dan kapan saja, tanpa mengenal norma, dan bebas menikahi wanita mana saja, entah perawan ataupun tidak. Bahkan mereka percaya akan beberapa mitos tentang tentang mencari tahu keperawanan wanita. Mulai dari melihat cara mereka berjalan, melihat dari badannya, maupun dari darah yang keluar ketika malam pertama. Percayakah? Kalu saya tidak.
Kasihan mereka yang keperawanannya direnggut dengan paksa, kasihan mereka yang masa lalunya terbuai oleh cinta yang berlandaskan nafsu belaka, dan kasihan mereka yang sudah diucapkan janji cinta dan dibuang begitu saja. Jadi apa yang anda lakukan ketika pasangan yang anda cinta sudah direnggut mahkotanya? Akhiri atau lanjutkan?
Kebanyakan lelaki Indonesia yang kebanyakan menganut budaya timur pasti merasakan dilema. Biarpun kebanyakan dari mereka banyak yang sudah melepaskan cairan kenikmatan ke beberapa wanita, entah itu mantannya atau wanita penggoda. Tapi jelas, mereka menuntut keperawanan wanita yang akan dinikahinya, terlalu banyak alasannya.
Tapi sebenarnya cinta dan keyakinan lebih kuat daripada tuntutan mendapatkan yang “pertama”. Cinta dan keyakinan mampu mengalahkan ego, beda halnya dengan nafsu yang selalu menuntut. Cinta mampu merubah keraguan, mampu menerima segala kekurangan, tidak menuntut, dan memberi segenap rasa. Ya seperti itulah kiranya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar