Rabu, 30 Juli 2014

La Fidanzata


Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog #JuveINA14 dari Nine Sport Inc. untuk memenangkan tiket meet and greet dengan para pemain Juventus. Follow @ninesportinc untuk informasi lebih lanjut.” 


Jika ditanya bagaimana saya mencintai Juventus? Well akan saya ceritakan dengan senang hati. Semua bermula ketika saya duduk di bangku SD, layaknya seorang anak, saya sibuk akan dunia permainan, dan saat itu sedang booming game console Playstation, dan hampir di setiap rental yang saya kunjungi pasti memainkan Winning Eleven. Ya game legendaris tentang sepak bola. Loh di mana awal suka Juventusnya?  Sabar.
Di game ini lah saya pertama kali suka dengan warna hitam putih. Semua berawal ketika saya baru mempunyai console game ini. Awalnya saya hanya mengenal negara, maklum ketika itu euforia Piala Dunia 1998 masih terasa. Brazil dengan Ronaldo nya, Italia dengan Del Piero, dan tentu saja sang juara ketika itu yaitu Prancis dengan Zidane nya yang melegenda.
Oh iya, saya mempunyai dua orang kakak, dan kedua orang itu lah yang membuat saya jatuh cinta kepada La Vechia Signora meskipun tidak secara langsung, namun pengaruh dari mereka cukup besar. Kakak saya yang pertama hampir dalam setiap permainan WE selalu memakai Prancis sedangkan yang satunya tanpa pernah ketinggalan memakai Gli Azzuri, dan saya hanya menjadi penonton ketika itu, akan tetapi dari situlah saya menemukan cinta, saya melihat sosok Zidane dan Del Piero, keduanya adalah maestro, beda negara memang, dan saya membayangkan apabila kedua maestro tersebut bermain bersama. Tanpa menunggu lama ternyata mimpi saya menjadi kenyataan, ternyata kedua maestro tersebut bermain bersama.
Juventus. Iya mereka bermain di sana, dan dari situlah saya jatuh cinta kepada tim yang berdiri pada 1 November 1897. Rasa cinta pada tim, terlihat lucu memang bagi sebagian orang, namun bagi sebagian lainnya ini adalah suatu yang sangat berarti. Ah saya tak peduli sang kekasih dicerca, lebih-lebih ketika yang terkasih terjerembab ke lubang serie-B pada tahun 2006, segala hinaan dan cacian adalah makanan, tapi karena sudah cinta, mau bagaimana?
Banyak cara yang saya lakukan untuk menunjukan rasa cinta saya kepada tim ini. Antara lain dengan berdiri selama 90 menit dengan cori-cori Itali. Karena menurut saya hanya itu hal termudah yang bisa dilakuan untuk tim yang saya cintai. Ya seperti salah satu potongan cori untuk yang terkasih yaitu “canteremo fino alla morte” yang berarti saya akan bernyanyi untukmu (Juventus) sampai mati. Berlebihan memang, tapi ini adalah cinta.
At least, saya mempunyai mimpi untuk menonton sang terkasih secara langsung, bukan di belakang layar, tapi di stadion, dan sepertinya mimpi itu akan menjadi nyata, salah satunya berkat Nine Sport yang sudah rela sibuk untuk mewujudkan mimpi banyak Juventini di Indonesia. Grazie. Semoga tahun depan kalian sudi untuk mendatangkan kembali “La Fidanzata” atau sang terkasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar