Senin, 15 Agustus 2016

BOOM!-endikbud.

Boom! Seperti bunyi bom yang mengagetkan semua orang, begitu pula dengan beberapa keputusan reshuffle yang dilakukan RI 1. Terutama pergantian Kemendikbud, dari one and only Anies Baswedan, menjadi Muhajir Effendi. Banyak yang bertanya-tanya, kebanyakan dengan kata tanya “kenapa?”. Banyak opini yang beredar, tapi bukan itu yang akan saya bahas kali ini. Lanjut, seusai pergantian, terdengar lagi bunyi ledakan. Boom! Kali ini bunyi bom kembali mengagetkan khalayak.  Bapak Muhajir Effendi, Rektor UMM (Universitas Muhammadiyah Malang), yang kini menjabat sebagai Kemendikbud baru, menciptakan suatu terobosan. Berbeda dengan Anies Baswedan, yang melakukan kebijakan-kebijakan sederhana (tapi mengena), seperti menghilangkan perpeloncoan di MOS yang dari tahun ke tahun sudah mendarah daging di beberapa sekolah, serta menganjurkan orang tua untuk mengantar anaknya di hari pertama sekolahnya. Bapak Menteri yang baru, Muhajir langsung melempar wacana yang menimbulkan Pro dan Kontra (kebanyakan kontra) di masyarakat. Full Day School katanya, yaitu sistem yang mengharuskan anak untuk tetap di sekolah dari pagi hingga sore, jadi sedari pagi hingga senja anak-anak beraktivitas di sekolah, yang bertujuan agar si anak bisa lebih mudah dikontrol, katanya.
Tapi apa dengan Full Day School semua masalah bisa teratasi? Sebenarnya Full Day School sudah dilakukan di beberapa Negara, kebanyakan adalah negara maju. Singapura, China, Korsel, Inggris, Taiwan, Jepang dan bahkan Amerika menerapkannya. Tapi kenapa ketika Indonesia melemparkan wacana ini banyak pertentangan? Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut, meski tujuan Pak Menteri baik, yaitu ingin merubah karakter bangsa, menghilangkan tawuran, mengindarkan hal-hal negatif terhadap siswa, serta yang paling penting adalah menyamakan jam pulang antara orang tua dan anaknya (jangan diketawain). Tapi, semua kembali lagi terhadap kesiapan sekolah-sekolah di Indonesia sendiri. Sejauh ini sudah merata kah pendidikan di Indonesia? Jawabannya tentu tidak, coba tengok sekolah-sekolah di daerah, lihat bagaimana kondisinya. Tapi, sebelum melihat sekolah-sekolah di pedalaman, cukup lihat dampaknya apabila peraturan ini diterapkan di Jakarta. Kalian tahukan Jakarta macetnya seperti apa? Nah sekarang bayangkan apabila jam pulang kantor dan jam pulang sekolah berada di waktu yang sama. Boom! Tahukan akibatnya?
Lain di kota, lain lagi di daerah. Bukan berarti di daerah tak ada masalah apabila menerapkan Full Day School, justru menurut saya (yang teramat sangat) awam ini akan lebih banyak masalah lagi jika peraturan ini diterapkan. Pertama adalah tentang kesiapan guru, banyak sekolah-sekolah di daerah yang kekurangan guru, bahkan menurut teman saya yang merupakan Pengajar Muda dari Indonesia mengajar. Ketika ia ditempatkan di salah satu daerah di Kalimantan, ia pernah mengajar 4 kelas sekaligus dalam satu waktu. Terus hubungannya dengan Full Day School? Ya coba bayangin deh gimana caranya sekolah-sekolah yang masih kekurangan tenaga pengajar apabila menerapkan program Full Day School. Bisa kelimpungan guru-gurunya. Itu baru dari segi pengajar, belum lagi dari aspek murid. Beuh. Mulai dari jarak rumah ke sekolah yang bisa berkilo-kilo meter, kebiasaan anak yang membantu orang tuanya di kebun seusai sekolah dan beribu-ribu (cie ribu) alasan lainnya.

Dan untuk itu, harapan saya di sini adalah agar Pak Menteri jangan hanya melihat dari satu sisi, ada banyak sisi yang mesti dijamah, diperhatikan dan digarap. Saya setuju jika program ini diterapkan, asalkan Pendidikan di Indonesia sudah merata, dari Sabang sampai Merauke. Tak ada kesenjangan, melainkan harmoni. Saran saya selaku mantan Mahasiswa yang lulusnya agak lama, ketimbang menerapkan Full Day School mending Pak Menteri fokus di resonansi deh, kalau itu saya setuju. Karena bagi saya, guru merupakan aspek penting dalam dunia pendidikan, semakin guru dimanusiakan, semakin bagus pula kualitasnya, semakin bagus kualitas guru, maka akan semakin ciamik pola pengajarannya, dan semakin ciamik pola pengajarannya, semakin canggihlah anak-anak nantinya. 

1 komentar:

  1. keren bang keren, walo saya belum kenal abang, visit juga fatwazmi.blogspot.com bantu support bang, makasih. ^^

    BalasHapus