Selasa, 13 Desember 2016

Janganlah Dibaca

Sudah berhari-hari hati acap kali memberi intruksi untuk jari-jemari. Namun sayang, otak kerap kali menghalangi, jari-jemari dibuatnya berdiam diri. Padahal sebenarnya ingin juga ia menari di atas kumpulan huruf yang oleh orang masa kini disebutnya “keyboard.” Pun sekarang, otak masih menghalangi, penat katanya. Tapi apa daya, hasrat untuk menulis sudah kepalang tinggi, kini kuputuskan untuk menulis, namun entah apa yang mesti ditulis. Jika harus menuruti instruksi hati jelas saja, setiap inci tentang kecantikanmu akan aku lukis lewat kata-kata. Tapi seperti yang aku bilang tadi, otak masih kekeuh berpendirian. Jadi, dengan amat sangat terpaksa kurangkailah kata-kata ini, entah bermuara ke mana, aku tiada peduli. Dibaca atau tidakpun aku tiada peduli, yang terpenting jari-jemari ini bisa melantai di atas huruf-huruf yang tiada terangkai.
Malam ini aku ingin bercerita, tentang hari-hari yang sedang riuh dibicarakan oleh khalayak. Ada calon pemimpin yang diadili lantaran kata-katanya menyakiti hati pribumi. Aku tidak terlalu memikirkannya, akan tetapi, berbicara tentang pengadilan, aku jadi mengingat tentang kawanku serta istri dan mertuanya. Mink, Annelies, dan Nyai Ontosoroh. Berbeda dengan calon pemimpin, Mink diadili lantaran ia pribumi. Dahulu Pribumi, biarpun banyak ia, namun tak punya kuasa. Namun di masa kini, Pribumi selain banyak, berkuasa juga ia, Paradoks. Entah, saya harus bergembira ataupun sebaliknya. 

Tapi bukan itu intinya, inti dari semuanya adalah jari-jemari ini terus bergerak, hanya sesekali otak menginterupsi, dengan paragraf di atas contohnya. Padahal tak ingin jari-jemari menyentuh lantai yang bernama politik, tapi apa daya, otak punya kuasa lebih tinggi. Lalu mau sampai mana lagi? Tak usahlah sampai berlembar-lembar, cukup satu lembar tulisan yang entah ke mana tujuannya. Tak perlu pula ada ribuan kata yang tak jelas maknanya, cukup satu lembar untuk jari-jemari bernostalgia dengan kata. Lagi pula ini baru awal, otak hanya terlibat sedikit, itu juga lewat interupsi, akan tetapi di hari-hari lainnya, jari-jemari ini akan bersinerji, tak hanya dengan otak, melainkan juga hati. Cerita tentang segalamu akan juga dimulai, tentang perjumpaan, tentang seribu kagum, tentang senja kita yang saling bercumbu dengan rindu. Ah Klise!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar