Sudah
berhari-hari hati acap kali memberi intruksi untuk jari-jemari. Namun sayang,
otak kerap kali menghalangi, jari-jemari dibuatnya berdiam diri. Padahal
sebenarnya ingin juga ia menari di atas kumpulan huruf yang oleh orang masa
kini disebutnya “keyboard.” Pun sekarang, otak masih menghalangi, penat
katanya. Tapi apa daya, hasrat untuk menulis sudah kepalang tinggi, kini
kuputuskan untuk menulis, namun entah apa yang mesti ditulis. Jika harus
menuruti instruksi hati jelas saja, setiap inci tentang kecantikanmu akan aku
lukis lewat kata-kata. Tapi seperti yang aku bilang tadi, otak masih kekeuh
berpendirian. Jadi, dengan amat sangat terpaksa kurangkailah kata-kata ini,
entah bermuara ke mana, aku tiada peduli. Dibaca atau tidakpun aku tiada peduli,
yang terpenting jari-jemari ini bisa melantai di atas huruf-huruf yang tiada
terangkai.
Malam
ini aku ingin bercerita, tentang hari-hari yang sedang riuh dibicarakan oleh
khalayak. Ada calon pemimpin yang diadili lantaran kata-katanya menyakiti hati
pribumi. Aku tidak terlalu memikirkannya, akan tetapi, berbicara tentang
pengadilan, aku jadi mengingat tentang kawanku serta istri dan mertuanya. Mink,
Annelies, dan Nyai Ontosoroh. Berbeda dengan calon pemimpin, Mink diadili
lantaran ia pribumi. Dahulu Pribumi, biarpun banyak ia, namun tak punya kuasa.
Namun di masa kini, Pribumi selain banyak, berkuasa juga ia, Paradoks. Entah, saya harus
bergembira ataupun sebaliknya.
Tapi
bukan itu intinya, inti dari semuanya adalah jari-jemari ini terus bergerak, hanya
sesekali otak menginterupsi, dengan paragraf di atas contohnya. Padahal tak
ingin jari-jemari menyentuh lantai yang bernama politik, tapi apa daya, otak
punya kuasa lebih tinggi. Lalu mau sampai mana lagi? Tak usahlah sampai
berlembar-lembar, cukup satu lembar tulisan yang entah ke mana tujuannya. Tak
perlu pula ada ribuan kata yang tak jelas maknanya, cukup satu lembar untuk
jari-jemari bernostalgia dengan kata. Lagi pula ini baru awal, otak hanya
terlibat sedikit, itu juga lewat interupsi, akan tetapi di hari-hari lainnya,
jari-jemari ini akan bersinerji, tak hanya dengan otak, melainkan juga hati.
Cerita tentang segalamu akan juga dimulai, tentang perjumpaan, tentang seribu
kagum, tentang senja kita yang saling bercumbu dengan rindu. Ah Klise!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar