Jumat, 17 Maret 2017

Bergerak, sedikit

Empat hari di Kab. Bandung Barat, dan kesemua harinya menyenangkan,  karena jarang bersentuhan dengan berita-berita yang berseliweran di dunia maya. Akan tetapi sepulangnya dari sana saya langsung dikagetkan oleh berita-berita yang membuat hati saya terenyuh. Mulai dari kasus pedofilia yang semakin marak, bahkan ada grup khusus di facebook yang berisikan kaum-kaum ini. Selain berita tentang kaum pedofilia saya juga dikagetkan dengan berita aksi bunuh diri seorang pria yang disiarkan langsung di  facebook. Dan yang membuat saya mengernyitkan dahi kedua kasus tersebut dekat dengan yang namanya sosial media.
Kita sepakat, bahwa sosial media bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi, sosial media mempunyai dampak positif, dengan dibukanya sumber informasi banyak orang merasakan manfaatnya, namun di sisi lain justru sebaliknya, ada sebagian orang lagi yang merasakan dirugikan. Kita tidak bisa secara radikal melarang penggunaan sosial media, meskipun di sana bertebaran dampak negatif. Kita juga tidak bisa memberi kebebasan sebebas-bebasnya penggunaan sosial media, terutama ke anak-anak, karena jangankan anak-anak, orang dewasa saja masih banyak yang kurang bijak menggunakannya. Oleh karena itu, menurut saya, perlu adanya controlling penggunaan sosial media, baik dari atas hingga bawah, dari pemerintah hingga orang tua.
Selain pemerintah dan orang tua, sekolah juga mempunyai peranan penting dalam membantu mengontrol penggunaan sosial media. Kalau perlu disisipkan sedikit di kurikulum, karena jika kita lihat sekarang penggunaan sosial media sudah sangat massive jadi perlu adanya penanganan khusus, terutama dalam aspek pendidikan. Tujuannya jelas, untuk mengajarkan anak-anak bagaimana mengguanakan sosial media dengan bijak. Karena jika kita perhatikan beberapa tahun ke belakang, banyak sekali keteledoran-ketelodaran masyarakat dalam menggunakan sosial media, dan besar kemungkinan jika terus dibiarkan generasi yang akan datang bisa terkena dampak yang jauh lebih parah.

Oleh karena itu, sebagai penutup, saya mengajak pembaca untuk lebih bijak lagi menggunakan sosial media, dan turut serta mengontrol anak ataupun adik-adik kita yang lebih kecil. Karena meskipun sedikit pasti akan ada dampak positifnya, sehingga berbagai macam kasus di paragraf pertama tidak kembali terulang. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar